Beberapa waktu yang lalu saat pergi kerumah teman saya melewati sekolah SMA tempat dimana saya bersekolah beberapa tahun lalu. Yang membuat saya sedikit bernostalgia adalah saat dimana saya menatap sebuah pagar tinggi di sekoah itu. Saya menjadi teringat sebuah kisah disaat pertengahan kelas 2 SMA menjelang masuk ke kelas 3.
Saat itu, saya masih merupakan anak lugu yang kerjanya cuma belajar dan bermain seperti anak-anak remaja biaa. Suatu saat teman saya yang cukup 'nakal' berkata kepada saya jika masa SMA itu harus dinikmati. Jangan terlalu monoton.
Kata-kata itu cukup mengganggu di pikiran saya. Kemudian saya berpikir "Kenapa saya tidak mencoba melakukan hal-hal yang belum pernah saya lakukan, toh masa itu tidak akan pernah terulang !!". Saya bosan dengan image sebagai anak baik dimana posisi saya saat itu selalu nangkring di posisi 10 besar, saya ingin juga sekali-sekali merasakan apa itu yang dinamakan bolos dan hal-hal lain semasa SMA.
Maka mulai saat itu semua pun berubah, Saya memindahkan tempat duduk saya ke posisi belakang. Disaat rabu kami taruhan bola Liga Champion dan sabtu minggu Liga Italia. Kemudian saya berusaha belajar melakukan bolos-bolos kecil seperti meninggalkan kelas untuk 1- 2 jam mata pelajaran, Kemudian kami juga melakukan nepek berjemaah. Tidak ada lagi kata belajar, toh belajar maupun nepek tidak ada perbedaan hasil. Kecuali pada mata pelajaran Exact. Itulah yang menyebabkan kami-kami yang nepek tidak pernah menduduki peringkat 1.
Waktu berlalu dan lingkungan telah merubah saya. Meski telah masuk ke jurusan IPA, bukannya saya makin giat belajar tapi sebaliknya. Saat itu, dilakukan peninggian pagar sekolah yang tadinya hannya setinggi 2 Meter dimana cukup mudah kami memanjatnya menjadi 4 Meter.
Namun percaya atau tidak saya dan teman-teman tidak pernah kehilangan sedikitpun kecerdasan kami. Menurut saya cerdas itu ada 2. Ada yang jago dalam ujian didalam kelas yang biasanya kita lakukan itu dinamakan cerdas. dan yang 1 lagi adalah dalam problem solving. Contoh :
Setelah pagar ditinggi kan kami masih dapat melakukan pembolosan. Cara nya cukup sederhana dan mungkin masih sering dipraktekkan oleh adik-adik saya disana.
Untuk melakukan pembolosan, biasanya saya dan teman saya dan teman teman melakukan pemantauan dari lantai 4. Hal ini bertujuan untuk menentukan posisi yang tepat dimana saya harus melempar tas keluar pagar. Tentu saja ini memiliki beralasan karena jika kita tidak memprediksi jatuhnya tas, maka bisa saja tas yang kita lempar akan nyangkut ke rumah penduduk atau lebih parahnya lagi masuk ke dalam comberan.!!
Singkat cerita tas yang kami lempar sukses mendarat pada tempat yang kami kehendaki. Sekarang tinggal 1 lagi permasalahan yang kalau dirumuskan akan berbunyi "Bagamana cara saya melewati pagar yang tingginya mencapai 4 meter tersebut ?", jika melompat tentu saja resikonya akan besar sekali.
Maka kami mendapatkan sebuah ide dengan berpura-pura turun bermain sepak bola. Disaat bermain, kami melakukan upaya dengan SENGAJA menendang bola keluar dari lingkungan sekolah. Singkat cerita setelah bola keluar maka kami berpura-pura mengambil bola. Tentu saja hanya bola yang kembali lagi ke sekolah karena kami hanya melempar masuk kembali kedalam sekolah. Dan....
Yah tentu saja.! tas dan diri telah berada diluar sekolah,! MISSION COMPLETE..!!
Hoahahahahaha..
Kami tidak melakukan itu sekali, bahkan berkali-kali selama sekolah,, ckckck..
Namun dari setiap perbuatan tentu saja ada akibatnya. Saya dan teman-teman harus menerima pil pahit tidak lulus dalam UAN dalam mata pelajaran MTK dimana saya mencetak TOP Scorer dengan nilai hanya 2.33.
Nah.. dalam setiap kejadian tentu saja ada hikmahnya
Setelah kejadian tersebut, saya dan menjadi lebih bijak dalam melakukan sesuatu.
Kenakalan-kenakalan yang saya perbuat dulu juga membantu saya memahami siswa dan mahasiswa saya saat saya menjadi tenaga pengajar.
Memang perlu untuk menikmati suatu masa, namum perlu kontrol diri sampai tahap mana itu dapat dilakukan.Sesuatu yang dinikmati berlebihan juga tidak baik.
Dan secara singkat dapat saya simpulkan :
"Be Carefull The Environment U Choose For, It Will Shape U. Be Carefull The Fiend U Choose For, U Become Like Them"
So be wise of ur life, :)
Saat itu, saya masih merupakan anak lugu yang kerjanya cuma belajar dan bermain seperti anak-anak remaja biaa. Suatu saat teman saya yang cukup 'nakal' berkata kepada saya jika masa SMA itu harus dinikmati. Jangan terlalu monoton.
Kata-kata itu cukup mengganggu di pikiran saya. Kemudian saya berpikir "Kenapa saya tidak mencoba melakukan hal-hal yang belum pernah saya lakukan, toh masa itu tidak akan pernah terulang !!". Saya bosan dengan image sebagai anak baik dimana posisi saya saat itu selalu nangkring di posisi 10 besar, saya ingin juga sekali-sekali merasakan apa itu yang dinamakan bolos dan hal-hal lain semasa SMA.
Maka mulai saat itu semua pun berubah, Saya memindahkan tempat duduk saya ke posisi belakang. Disaat rabu kami taruhan bola Liga Champion dan sabtu minggu Liga Italia. Kemudian saya berusaha belajar melakukan bolos-bolos kecil seperti meninggalkan kelas untuk 1- 2 jam mata pelajaran, Kemudian kami juga melakukan nepek berjemaah. Tidak ada lagi kata belajar, toh belajar maupun nepek tidak ada perbedaan hasil. Kecuali pada mata pelajaran Exact. Itulah yang menyebabkan kami-kami yang nepek tidak pernah menduduki peringkat 1.
Waktu berlalu dan lingkungan telah merubah saya. Meski telah masuk ke jurusan IPA, bukannya saya makin giat belajar tapi sebaliknya. Saat itu, dilakukan peninggian pagar sekolah yang tadinya hannya setinggi 2 Meter dimana cukup mudah kami memanjatnya menjadi 4 Meter.
Namun percaya atau tidak saya dan teman-teman tidak pernah kehilangan sedikitpun kecerdasan kami. Menurut saya cerdas itu ada 2. Ada yang jago dalam ujian didalam kelas yang biasanya kita lakukan itu dinamakan cerdas. dan yang 1 lagi adalah dalam problem solving. Contoh :
Setelah pagar ditinggi kan kami masih dapat melakukan pembolosan. Cara nya cukup sederhana dan mungkin masih sering dipraktekkan oleh adik-adik saya disana.
Untuk melakukan pembolosan, biasanya saya dan teman saya dan teman teman melakukan pemantauan dari lantai 4. Hal ini bertujuan untuk menentukan posisi yang tepat dimana saya harus melempar tas keluar pagar. Tentu saja ini memiliki beralasan karena jika kita tidak memprediksi jatuhnya tas, maka bisa saja tas yang kita lempar akan nyangkut ke rumah penduduk atau lebih parahnya lagi masuk ke dalam comberan.!!
Singkat cerita tas yang kami lempar sukses mendarat pada tempat yang kami kehendaki. Sekarang tinggal 1 lagi permasalahan yang kalau dirumuskan akan berbunyi "Bagamana cara saya melewati pagar yang tingginya mencapai 4 meter tersebut ?", jika melompat tentu saja resikonya akan besar sekali.
Maka kami mendapatkan sebuah ide dengan berpura-pura turun bermain sepak bola. Disaat bermain, kami melakukan upaya dengan SENGAJA menendang bola keluar dari lingkungan sekolah. Singkat cerita setelah bola keluar maka kami berpura-pura mengambil bola. Tentu saja hanya bola yang kembali lagi ke sekolah karena kami hanya melempar masuk kembali kedalam sekolah. Dan....
Yah tentu saja.! tas dan diri telah berada diluar sekolah,! MISSION COMPLETE..!!
Hoahahahahaha..
Kami tidak melakukan itu sekali, bahkan berkali-kali selama sekolah,, ckckck..
Namun dari setiap perbuatan tentu saja ada akibatnya. Saya dan teman-teman harus menerima pil pahit tidak lulus dalam UAN dalam mata pelajaran MTK dimana saya mencetak TOP Scorer dengan nilai hanya 2.33.
Nah.. dalam setiap kejadian tentu saja ada hikmahnya
Setelah kejadian tersebut, saya dan menjadi lebih bijak dalam melakukan sesuatu.
Kenakalan-kenakalan yang saya perbuat dulu juga membantu saya memahami siswa dan mahasiswa saya saat saya menjadi tenaga pengajar.
Memang perlu untuk menikmati suatu masa, namum perlu kontrol diri sampai tahap mana itu dapat dilakukan.Sesuatu yang dinikmati berlebihan juga tidak baik.
Dan secara singkat dapat saya simpulkan :
"Be Carefull The Environment U Choose For, It Will Shape U. Be Carefull The Fiend U Choose For, U Become Like Them"
So be wise of ur life, :)
Posting Komentar